Rabu, 28 November 2012

♥Bersyukur Dalam Segala Keadaan♥


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..


Sahabat saudaraku fillah...Apapun permasalahan yang sedang menimpa janganlah menjadikan kita lupa bersyukur atas segala karunia-Nya..


Bukankah berkat karunia-Nya hingga detik ini kita masih menghirup udara kehidupan? Ini berarti Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk berbuat yang lebih baik sehingga jika kelak kita dipanggil menghadap-Nya dalam keadaan terbaik...


Saudaraku ....jika kita mengawali hari diliputi oleh nafsu amarah lantas bagaimana kita bisa mengisi menit- menit selanjutnya dengan kebahagiaan? Lantas dimana letak syukur kita kalau dari menit ke menit hanya diisi dengan keluhan?

Sebetulnya hidup ini indah maka isilah dengan keindahan pula salah satunya mengurangi keluhan yang tak perlu dan memperbanyak rasa syukur..


Duhai pemilik wajah rupawan... jangan kotori keindahan rupa dengan akhlaq tercela... Sesungguhnya wajah yang menawan akan kehilangan cahaya andaikan dikotori oleh buruknya akhlaq...Kendalikan diri agar kata yang keluar dari lisan benar- benar bermakna... Kendalikan diri agar tak sering mengeluh atas kesulitan yang mendera, ingatlah nikmat Allah masih jauh lebih besar dibandingkan dengan masalah yang kita hadapi...


Duhai pemilik wajah yang tak menawan... Jangan menambah keburukan diri dengan akhlaq tercela... Sesungguhnya tak ada nilai keindahan jika kita menghimpun dua keburukan... Sesungguhnya wajah yang tak menawan pun akan lebih menarik jika dihiasi dengan akhlaq terpuji, Allah akan memberikan cahaya wajah sehingga siapapun yang berada di dekatnya akan merasakan ketenangan dan kedamaian buah dari kesungguhannya menata hati dan akhlaq..



Saudaraku..silahkan ditag/share..silahkan kunjungi page kami dengan klik link di bawah ini lalu klik SUKA.Insya Allah bermanfaat.

*`• ...…* ♥ (¯`*•.¸*♥*¸.•*´¯) ♥ *....… •´*
.......♥♥. Masa Dalam Kehidupan (¯`*•.¸*♥*¸.•*´¯) ♥ *....… •´*


بــــــــســم الله الرحمن الرحــيــــــــم


السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah sebagian daripada sketsa hidup dan kehidupan kita sekalian hamba di dunia ini. Titisan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan hingga mencipta keresahan dan kebimbangan.

Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalamnya menyebabkan kepedihan yang menyesakkan ruang dada. Jiwa yang rapuh pun mengadu, berkeluh-kesah pada alam serta isinya, bertanya di manakah pasangan jiwa berada. Lalu hati mencipta serpihan kegelisahan, bagai anak kecil yang kehilangan ibunya.

Keinginan bertemu pasangan jiwa hadir tanpa disadari sebelumnya hingga tanpa sadar telah menjadi sebagian hidup yang tidak boleh dipisahkan lagi. Letih .... sungguh letih jiwa raga. Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa.

Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai mengubah pandangan kepada Pemilik Cinta. Berserah kepada Maha Pemurah. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya dicurahkan kepada Pemilik Hati. Tak usah membandingkan diri dengan orang lain karena Dia pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meskipun adakalanya kita sekalian hamba tidak menyadarinya.

Usahlah diri bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa. Menangislah karena air mata permohonan kepada-Nya di setiap sujud dan keheningan pekat malam. Jadikan hidup ini penuh dengan harapan yang baik kepada pemilik Jiwa. Bersiap menghadapi putaran waktu hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Maha pencipta.

Senyum dan hapuskan air mata serta hilangkan lara di jiwa. Terima semua sebagai bagian kembara kehidupan yang akan menemui rahasia di sebalik titian kehidupan. Hingga, kelak akan rasakan tidak akan lagi riak kegelisahan dan keresahan saat bersendirian.

♥ '♥ '. ♥ '♥ '. ♥ ' ».................. ♥

Ketika orang lain bergantung pada dunia, gantungkanlah dirimu hanya kepada Allah. Ketika orang merasa gembira dengan dunia, jadikanlah dirimu merasa bahagia dengan Allah. Ketika orang lain merasa bahagia dengan kekasih-kekasih mereka, jadikanlah dirimu bahagia dengan Allah. Dan ketika orang menghadap dunia untuk mencari harta dan menimbunnya jadikanlah dirimu benar benar mencintai Allah. (Ibnu Qoyyim)

♥ '♥ '. ♥ '♥ '. ♥ ' ».................. ♥

Ada masa dalam kehidupan cobaan datang
melanda dan bertimpa-timpa sehinggakan kIta
rasa tak mampu untuk menghadapinya... terasa
hampir putus asa.

Pada ketika itu... ingatlah selalu bahwa apabila
kita di uji, ia juga bermaksud Allah sedang dan
selalu memerhatikan kita. Dia ingin kita menjadi
yang terbaik, Dia ingin kita memperbaiki diri kita
dan Dia mau kita kembali memohon dan berdoa
pada Nya.

Allah sedang memberi peluang untuk
memperbaiki hubungan kita dengan-Nya
Cobaan datang dengan sebab... bukan
kebetulan.

Tabahkan hati.. Kuatkan semangat.. dan
kukuhkan iman. Berdoa dan berharap agar Allah
senantiasa membantu kita untuk kembali ke
jalan yang benar... jalan yang diridhaiNya.
Sesungguhnya setiap penyakit, bala dan cobaan
merupakan kiffarat dosa kita yang lalu.
Moga Allah senantiasa melindungi dan membimbing kita ke jalan-Nya.

____________________________(¯`(•(¯`v´¯)
______██████_____██████___(¯`(O)´¯)
___█████__██__██_(¯`v´¯)███(_.^._)
___███________███__(¯`(O)´¯)███
__███_________________(_.^._)_███
__███______________________███
___███____________________███
_____███___________██║░▄█▀▄║██║█║██▀║
________███________██║░██║█║██║█║██▀║
___________███_____███║▀██▀║▀██▀║███║
______________██___▄▄
_________________██



Sebelum Engkau Halal Bagiku

Ahlan Wa Sahlan,Marhaban fii zaumina hadza
ღღ

Buat Akhina Wa Ukhtina yang ingin TAG or SHARE PICT'a,di persilahkan "BEBAS"

Silahkan Bantu sahabat'' lain ngETaG ya

Syukron jiddan aidan

ANA UHIBUKA LADZI AHBABTANI LAHUU

Alhamdulillaah…..
Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.Allahumma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.

`*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhum
Amiin ya Rabbal'alamin.

Maha Indah Allah dengan segala keindahan-Nya,yang telah menghadirkan perasaan indah ke dalam lubuk hati hamba-Nya

Tasbih, tahmid dan takbir tiada henti mengalir dari bibir kami yang selalu dihiasi tersenyum, pancaran rasa bahagia dan syukur atas anugerah terindah yang diberikan oleh Dzat Yang Maha Indah. Hari itu, akhir bulan Juli 1999, Allah mengabulkan doa dan harapan kami untuk menjalani sisa hidup bersama-sama. Seorang gadis pujaan telah Allah halalkan untukku, berikrar setia dalam suka maupun duka.

Enam tahun sebelumnya, nyaris tiada kesan indah saat pertama kali kami berjumpa. Bahkan perasaan iri sempat singgah di hati ketika melihat canda tawanya bersama ketiga teman karibnya. Mengapa aku tak bisa seceria mereka,padahal akupun ingin memulai hari-hari pertamaku di bangku SMEA dengan bahagia.Sekolah baru,teman-teman baru,tak sepenuhnya memberiku semangat baru. Yang ada justru perasaan cemburu dengan mereka yang bertemu dan langsung akrab dengan teman-teman baru. Astaghfirulloh! Sebuah kenangan masa sekolah yang konon kata orang sulit untuk dilupakan.

Setahun bersama,belum juga memberiku kesan indah padanya. Biasa saja, sama seperti perasaanku terhadap teman sekalas lainnya.Barulah di tahun kedua - ketika kami berpisah kelas - aku merasakan ada sesuatu yang hilang dalam keseharianku.Aku kehilangan cerianya.Aku tersadar bahwa sebenarnya aku bukan membencinya,tapi mencintainya.Subhanallah! Maha Indah Allah dengan segala keindahan-Nya,termasuk percikan cinta yang dianugerahkan kepada hamba-Nya.

Seiring bertambahnya usia, sebagai remaja yang mulai menginjak dewasa, perasaan suka itupun semakin mekar berbunga.Meski tanpa kata,tatapan mata kami sering mengirimkan pesan bermakna suka. Sayang, saat itu kami sama-sama tak memiliki keberanian untuk menjalani masa-masa paling indah di sekolah yang biasa disebut pacaran. Tapi belakangan kami sangat mensyukuri ketidakberanian kami berdekatan seperti beberapa pasang teman sekelas kami yang lainnya. Terima kasih ya Allah, kini kami sadar bahwa sesungguhnya Engkau telah menyelamatkan kami dari tipu daya syetan yang mengatasnamakan cinta untuk menutupi nafsu yang sesungguhnya.

Setelah dua hati bersatu dalam ikatan pernikahan yang suci, hari-hari indah kami jalani bersama. Jika ada tawa, kita nikmati berdua. Begitupun jika ada tangis, berduapun kami lakukan tanpa diminta. Ketika hati yang telah dilandasi cinta bicara, maka tak perlu lagi bibir ini berkata-kata. Dan kebahagiaan kami semakin lengkap dengan hadirnya seorang bayi mungil nan jelita. Sabila, demikian kami memberinya nama. Subhanallah, Maha Indah Engkau Ya Allah. Kami benar-benar takjub dengan keindahan yang Engkau percikan padanya, anugerah sekaligus amanah bagi kami selaku orang tuanya.

Kehadiaran Sabila membuat kehidupan kami terasa ‘sempurna’. Meski menikah di usia muda, kami tak merasa ada yang salah dalam kami berumah tangga. Tak ada rasa penyesalan ketika melihat teman-teman seusia kami asyik dengan dunia mudanya. Kami menikmati masa muda kami dengan cara yang berbeda, dan kami merasa sangat bahagia. Kami bisa mencurahkan cinta dan kasih sayang kapanpun, dimanapun, dalam sebuah kenikmatan ibadah dengan kehalalan yang kami miliki.

Tak ada rumah tangga yang bebas dari ujian. Begitupun kami, tak lepas dari ujian dan cobaan. Ujian yang kami hadapi seringkali berkutat di masalah ekonomi. Pernikahan di usia muda - ketika baru tiga tahun kami bekerja, ditambah berhentinya istri setelah setahun kelahiran Sabila - memang banyak mempengaruhi kehidupan ekonomi kami. Tapi, Alhamdulillah Allah memberikan kami keluasan hati dan kesabaran yang lebih dibanding yang lainnya.Gali lobang tutup lobang menjadi jurus andalan ketika kebutuhan rumah tangga tak lagi bisa ditunda.Tapi kami bersyukur,kesulitan ekonomi yang kami hadapi sedikitpun tak menggeser pondasi rumah tangga kami. Saat susah kami bersyukur, saat bahagia kami bersabar. Sejauh ini analisa kami mengatakan bahwa meski dibangun di usia muda, kehidupan rumah tangga kami tidak jauh berbeda dengan rumah tangga yang dibangun oleh mereka yang sudah dewasa. Kami cukup makan, cukup pakaian dan meski menyewa kami bisa berteduh dari panas dan hujan. Juga dalam menjaga keharmonisan rumah tangga, kami menghadapi ujian dengan saling pengertian dan koreksi diri. Kalaupun terkadang muncul perasaan cemburu dan curiga,kami melakukan dan menanggapinya dengan dan karena cinta. Alhamdulillah.

Hidup penuh ujian, dan orang yang beruntung adalah orang yang menghadapi setiap ujian dengan sabar dan sadar bahwa ujian datang atas izin dan kehendak Allah. Nasihat bijak ini terus tertanam dalam benak dan keyakinan kami. Ketika ujian-ujian kecil berhasil kami lalui, maka ujian kembali datang dalam bentuk dan takaran yang berbeda. Jika kami telah terbiasa ‘berdamai’ dengan kondisi keuangan, maka ujian datang dalam bentuk gangguan kesehatan.

Masih teringat jelas setahun yang lalu,teriakan sang dokter memanggil suster dari dalam kamar prakteknya. Ketidakpercayaan dokter menular kepada kami. Bagaimana mungkin istriku yang selama ini kutahu memiliki tekanan darah rendah, tiba-tiba tekanan darahnya melonjak hingga 200/110. Terlebih saat itu wanita yang pertama kali membuatku jatuh cinta karena senyum dan lesung pipinya ini sama sekali tidak merasakan tanda-tanda atau gejala layaknya orang yang menderita hipertensi. Semua pertanyaan dan kekhawatiran sang dokter dijawab dengan senyum dan gelengan kepala. “Tidak, saya tidak merasakan itu semua Dok!” Subhanallah,Allahu Akbar.

Ada sesuatu yang lain dari biasanya, begitu kesimpulan dokter beberapa bulan kemudian. Pemberian obat penurun darah tinggi dalam dosis yang cukup tinggi tidak memberikan hasil yang signifikan. Sang dokter berkali-kali menganjurkan istri untuk tes darah dan mendatangi dokter specialis penyakit dalam guna memastikan apa gangguan kesehatan yang sebenarnya. Tapi istriku adalah istriku, wanita penyabar dan penuh kasih namun sangat takut dengan dunia medis. Dokter atau rumah sakit adalah dua hal yang ( jika bisa ) tak ingin dikenal sepanjang hidupnya. Kalaupun selama itu mau berobat, harus dengan satu syarat yaitu di klinik yang sama, dokter yang sama. Andaikan ada keluhan di hari Sabtu, dia akan bersabar, menahan dan menunggu hari Senin saat sang dokter ‘pribadinya’ praktek di klinik yang ditunjuk perusahaan tempatku menjemput rezeki.

Saran sang dokter bukanlah basa-basi, tapi sebuah isyarat bahwa ada sesuatu yang harus segera diketahui sebelum tekanan darah tinggi istriku semakin tak terkendali. Tapi tak hanya dokter, akupun tak mampu membujuknya untuk ‘bersilaturahmi’ dengan dokter specialis penyakit dalam. Dalam sakit, istriku lebih memilih sabar sebagai penolongnya. Dalam hal ini aku tak sepenuhnya menyalahkannya. Aku coba mengikuti keinginannya, memberikan semangat, rasa nyaman dan nyaman bagi mentalnya. Tapi daya tahan tubuh memiliki batas tertentu. Berbulan-bulan mengkonsumi obat penurun tekanan darah tinggi, kenyataannya tekanan darahnya tetap tinggi. Bahkan di satu pagi di akhir Juli, kami dikejutkan dengan pembengkakan di kaki, tangan dan wajahnya. Astaghfirulloh!

Kondisi yang tak pernah terlintas dalam benak kami,memaksa istriku pasrah untuk dirawat secara intensif di rumah sakit. Tumbang sudah prinsipnya untuk tidak ‘berkenalan’ dengan rumah sakit. Sebuah fakta mengejutkan harus kami terima, sang dokter mengabarkan bahwa istriku mengalami gangguan gagal ginjal. Apa penyebabnya dan sejak kapan pastinya menjadi tidak begitu penting di telusuri, yang jelas kondisi saat itu sudah cukup parah, antara stadium 4 atau 5, padahal tidak adal lagi stadium 6. Kadar ureum melonjak 288 dan creatininnya 8.77, sementara kadar hb hanya 4 dan tekanan darahnya diatas 170. Semua data yang ada begitu meyakinkan bahwa istriku menderita gangguan gagal ginjal kronik.

Seminggu menjalani perawatan medis, akhirnya istri diperbolehkan pulang dengan catatan harus kontrol dan menjalani rawat jalan secara rutin. Tapi seminggu akrab dengan dokter dan segala macam peralatan rumah sakit tidak merubah ketakutannya pada dunia medis. Demi menyelematkan semangatnya, akhirnya kami memilih pengobatan alternative yang tidak bertentangan dengan syari. Bulan Ramadhan 1431 H meninggalkan kesan dan kenangan mendalam karena kami berada pada situasi dan kondisi yang memberikan sebuah kedekatan antara kami berdua. Bukan hanya fisik, tapi hati kami berdua. Seminggu sekali kami menempuh perjalanan 2 x 18 kilo meter untuk berikhtiar mencari kesembuhan. Berdua berboncengan motor, tak ada lelah, tak ada keluh kesah. Kami menjalani semua ini dengan ikhlas dan penuh pengharapan. Dan pada akhirnya, semua ini menjadi salah satu kenangan terindah kami berdua.

Tetap sabar, sadar dan terus berikhitar,sedangkan hasil Allahlah yang menentukan.Do’a terus kami panjatkan, ikhtiar terus kami lakukan, termasuk bersilaturahmi dengan keluarga saat lebaran. Kami berharap,restu orang tua serta doa sanak saudara bisa menjadi obat tersendiri bagi istri. Meski kondisi kesehatan sempat menurun – istri sempat batuk-batuk dan ada darah segar dalam dahaknya - kami tetap melanjutkan niat kami untuk merayakan lebaran bersama keluarga di kampung halaman. Bismillahirrohmanirrohiim, keberkahan silaturahmi akan mendatangkan semangat dan obat bagi kami, insya Allah. Begitu besar harapan kami.

Manusia hanya bisa berencana, Allahlah yang menentukan akhirnya. Selama mudik lebaran, kondisi kesehatan istriku semakin menurun, sehingga kami tak bisa memaksimalkan silaturahmi saat Idul Fitri. Beruntung orang tua kami selalu mengadakan open house saat lebaran, jadi meski berdiam diri di rumah kami tetap bisa bersilaturahmi dengan saudara dan tetangga yang datang ke rumah. Berbagai dukungan, doa dan bantuan terus mengalir, memberikan semangat dan kekuatan untuk menang dalam ujian yang sedang kami hadapi.

Apa yang terlihat di depan mata, apa yang tergenggam di tangan, sesungguhnya bukan dan belumlah tentu milik kita. Tiga lembar tiket bus untuk balik ke Tangerang, terpaksa kami kembalikan karena sehari sebelum keberangkatan, kondisi kesehatan istriku mengalami penurunan drastis. Kami tak tahu apa istilahnya, tapi kepala dan tangan kirinya selalu bergerak tak terkontrol, layaknya orang kedinginan atau gerakan orang-orang yang sudah lanjut usia. Dokter mengatakan ini disebabkan pasokan darah dan oksigen ke otak kurang. Tak ada pilihan, istri harus kembali menjalani perawatan di rumah sakit Gombong - Kebumen. Ada buliran air mata yang tak sanggup kubendung kala itu, aku tahu persis ketakutan istri dengan rumah sakit. Tapi demi kebaikannya, berbagai rayuan aku keluarkan untuk menjaganya tetap bersemangat. Kejadian akhir bulan Juli di Tangerang kembali terulang di hari ketujuh lebaran. Hasil pemeriksaan darah menunjukan kadar hb hanya 4.4, kadar ureum melonjak sampai 338 dan creatinin naik menjadi 19.8. Sebuah kondisi yang cukup ( sangat ) parah. Kalau dua bulan lalu dokter mengatakan stadium 4 – 5, maka saat itu sudah stadium terminal dan tak ada pilihan medis kecuali harus melakukan HD atau cuci darah. Dan tanpa bertanyapun aku sudah tahu jawabannya. Sebagai ikhtiar, tetap saja aku coba bertanya dan membujuknya, meskipun hasil akhirnya sesuai dengan yang kami duga. Istriku menolak keras HD,apapun alasan dan pendapat medis.

Tujuh hari menjalani perawatan medis kedua, dokter dan pihak rumah sakit tidak kuasa menahan keinginan istri untuk pulang. Satu pesan mereka berikan bahwa di manapun dan ke manapun, harus segera dilakukan perawatan lanjutan. Dan tindakan lanjut yang kami pilih adalah kembali menanjutkan pengobatan alternative yang sempat terhenti selama kami mudik. Namun rupanya Allah belum memperkenankan ikhtiar kami, tiga hari di Tangerang atau tepatnya seminggu setelah keluar dari rumah sakit, kondisi kesehatannya kembali memburuk. Selama 18 jam, istriku memuntahkan cairan hitam encer sebanyak 12 kali. Semula kami tidak tahu apa cairan hitam dan encer itu. Kami baru tahu bahwa itu adalah darah yang sudah terkontaminasi racun setelah kami mendatangi rumah sakit yang dulu menangani istri. Kembali, sang dokter menegaskan bahwa tidak ada pilihan medis lainnya kecuali cuci darah. Namun sang dokter tidak bisa menahan ketika kami bersikukuh untuk mencari kesembuhan melalui jalur lain.

Hampir tengah malam 28 September 2010 ketika rombongan kami sampai di rumah kediaman seseorang yang dianugerahi kemampuan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Melalui doa dan obat-obatan herbal,begitu metode pengobatan yang ada di tempat ini. Dan, di tempat alternative kedua yang kami datangi ini, istriku harus menjalani rawat inap selama maksimal dua belas hari. Beruntung saat itu ada ibu dan kakakku yang siap menemani dan menunggu karena aku harus tetap masuk kerja. Alhamdulillah, sehari menjalani perawatan, kondisi kesehatan istri menunjukan hal yang sangat menggembirakan.Tak ada lagi muntah, bahkan batukpun tidak. Di hari kedua, istri sudah bisa menghabiskan satu mangkuk bubur ayam, pergi ke warung atau mandi sendiri. Bahkan ketika kami semua membezuk lima hari kemudian, kami sempat jalan-jalan bersama. Tidak terlalu jauh untuk ukuran kami, tapi sebuah kemajuan yang sangat membanggakan bagi istri.Saat itu kami mengira kemenangan istri menghadapi ujian sudah di depan mata.

101010 atau 10 Oktober 2010, bagi sebagian orang mungkin dianggap istimewa dan saat yang tepat untuk melakukan sesuatu yang berarti dalam hidupnya, tapi awalnya tidak bagi kami. Hari dan tanggal ini semula kuanggap biasa saja, sama dengan hari dan tanggal yang lainnya. Namun rupanya hari dan tanggal ini telah ditentukan oleh Allah SWT sebagai hari terakhir kebersamaanku dengan wanita yang begitu banyak memberiku kebahagiaan, pelajaran dan juga pengalaman. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, ketetapan Allah lah yang berlaku akhirnya. Sepanjang hari Minggu, 10 Oktober 2010 kondisi kesehetan istriku menurun drastis. Keluhan dirasakan olehnya adalah sesak napas, sehingga komunikasi antara kami sedikit sekali. Sepanjang hari ini kami lebih banyak diam, hanya tatapan mata ini tak lepas darinya, tangan ini lebih sering menyentuh tangan dan kakinya yang kembali membengkak, bibir ini lebih sering memberi semangat padanya, dan telinga ini lebih sering mendengar istighfar dan dzikir kami semua. Tak terpikir kala itu untuk membawa istri ke rumah sakit, karena kedatangan kami ke tempat ini adalah menghindari medis. Do’a dan istighfar kami tingkatkan, pak haji yang menangani istripun lebih intensif memantau perkembangan istri.

Tanpa kami sangka tanpa kami duga, ketika sholat Ashar kuakhiri dengan salam, hanya tersisa beberapa detik untukku bisa melihat gerakan nafas terakhir istriku. Dalam pelukanku, Sabila dan adik ipar, istriku meninggalkan kami untuk selamanya. Inalillahi wa inna ilaihi rojiuun. Segalanya bermula dari Mu ya Allah dan akan kembali kepada Mu. Semua terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Inilah bukti kekuasaan-Mu ya Allah. Betapapun kami sangat mencintai dan menyayanginya, namun dia bukanlah milik kami,Engkaulah Pemilik Cinta Yang Sejati.Kami ikhlas,kami ridho.Betapapun duka dan kesedihan yang kami rasakan,tak ingin langkah orang yang sangat kami sayangi tertahan tangis dan ratap kami.Tak ada penyesalan yang kami rasakan, tak ada orang yang akan kami salahkan, semua sudah tercatat jelas kapan, dimana dan bagaimana Engkau akan memanggilnya.Kami ikhlas,kami ridho.Ketetapan-Mu lah yang terbaik, terbaik untuk ku dan terbaik untuk istriku.

Ya Allah,aku kembalikan istriku kepada Mu dengan penuh keikhlasan.Aku hantar ia ke peristirahan terakhirnya dengan keridhoan.Aku ikhlas engkau mengambilnya disaat kami sedang berjuang sekuat tenaga untuk tetap mempertahankannya di sisi kami. Aku ridho dengan semua yang telah aku lakukan dan perjuangkan untuk istriku. Aku ikhlas dan ridho, bahkan bersyukur telah Engkau berikan kesempatan sebelas tahun bersama, belajar menjalani manis pahitnya hidup, belajar menjadi hamba yang sabar dan tawakkal, belajar memaknai dan menikmati cinta yang suci.Semoga keikhlasanku, keridhoanku serta orang-orang yang menyayangi almarhumah,memudahkan pertemuannya dengan Mu...Aamiin.

Siapapun orangnya,pasti sedih dan berduka ditinggal orang yang selama ini begitu dekat secara fisik maupun hati.Begitupun yang aku rasakan.Bila tak ingat bahwa ini adalah takdir Illahi, rasanya semua ini tidak adil.Setelah hampir tiga bulan berjuang bersama, melewati hari-hari penuh ujian bersama,semestinya kesembuhan dan kebahagiaan yang patut kami terima,tapi mengapa malah diambil selamanya. Astaghfirulloh! Kami ikhlas,kami ridho,dan kami tak ingin membuat celah bagi syetan untuk menodai keikhlasan ini.Tak kuasa kami untuk menahan, kecuali melepasnya dengan keikhlasan, mengantarnya dengan keridhoan, dan mendoakannya dengan penuh ketulusan semoga almarhumah kembali dalam keadaan khusnul khotimah. Ya Allah,terimalah almarhumah istri hamba di sisi Mu,terimalah iman dan islamnya,terimalah amal dan ibadahnya,ampunilah salah dan khilafnya,berikan nikmat kubur padanya, berikan syurga untuknya dan izinkan kelak kami berkumpul kembali dalam syurga Mu ya Allah ya robbal ‘alamin.

Maha indah Allah dengan segala keindahan-Nya,yang telah menuliskan perjalanan hidup setiap hamba Nya. Kini aku lebih banyak bersyukur, betapa indah skenario hidup yang Engkau persiapkan untukku, begitu indah orang-orang yang Kau pilihkan untukku. Besar harapanku bahwa aku telah memainkan peran yang Engkau berikan dengan maksimal. Kalaupun ada kurang dan kelirunya, semoga terbuka lebar pintu maghfiroh untukku, Aamiin ya Rabbal'alamin

Selengkapnya Kunjungi Blog kami SEHB http://andikaalbanjariiiyahoocom.blogspot.com/2012/01/ya-allahapa-yang-terbaik-di-sisi.html

♥ SEMOGA BERMANFAAT ♥

Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua. Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci...

Hak cipta adalah milik Allah SWT semata.Ilmu adalah amanat Allah yg harus disampaikan kepada Ummah...kami hanya menyampaikan apa yg kami miliki...

Sungguh bahagia insan yang telah menemukan cinta sejatinya.. ibarat tasbih & benang pengikatnya.. terajut menjadi satu untaian yang selalu disentuh satu demi satu oleh insan mulia yang bibirnya basah akan cinta kepada Rabb-Nya

Barakallaahu fiykum wa jazzakumullah khoir

(Sebelum Engkau Halal BagiKu) http://www.facebook.com/pages/Sebelum-Engkau-Halal-BagiKu/138509376220354?sk=wall

♥SALAM SANTUN UKHUWAH♥

Semoga apa yang telah disampaikan ini ada manfaatnya,

Afwan Minkum Kebenaran datangnya dari Allah kekurangan dari pribadi akhwatul iman dan ana hanya menyampaikan apa yang diamanahkan Allah

Wallahù'alam bíshawab Wabíllahí taùfík walhídayah,

Wassalamù'alaíkùm warahmatùllahí wabarakatùh

Bercerminlah sahabatku


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Bismillahirrahmanirrahiim

Bercerminlah sahabatku

Tatkala kudatangi sebuah cermin,
Tampaklah sosok yang sudah sangat lama
Kukenal dan sangat sering kulihat.
Namun aneh, sesungguhnya ...
aku belum Mengenal siapa yang kulihat.

Tatkala kutatap WAJAH, hatiku bertanya :
Apakah wajah ini yang kelak akan BERCAHAYA
Dan BERSINAR INDAH DI SURGA?
Ataukah wajah ini yang HANGUS LEGAM DI NERAKA JAHANAM?

Tatkala ku menatap MATA, nanar hatiku bertanya :
MATA INIKAH YANG AKAN MENATAP ALLAH? ,
Rasulullah, dan Kekasih-kekasih Allah kelak?
Ataukah mata ini yang TERBELIAK, MELOTOT TERBURAI MENATAP NERAKA JAHANAM?
Akankah mata penuh maksiat ini akan menyelamatkan?
WAHAI MATA, APA GERANGAN YANG KAU TATAP SELAMA INI?

Tatkala kutatap MULUT, apakah mulut ini
Yang kelak mendesah penuh kerinduan
Mengucap LAA ILAAHA ILLALLAAH saat malaikat maut menjemput?
Ataukah menjadi MULUT YANG MENGANGA
DENGAN LIDAH MENJULUR, DENGAN LENGKINGAN JERIT PILU
yang akan mencopot sendi-sendi setiap yang mendengar?
Ataukah mulut ini jadi pemakan buah zaqum
Di jahanam yang getir , penghangus dan penghancur setiap usus?

APAKAH GERANGAN YANG ENGKAU UCAPKAN
WAHAI MULUT YANG MALANG?
Berapa banyak dusta yang engkau ucapkan?
Berapa banyak hati yang remuk
Dengan sayatan pisau kata-katamu yang mengiris tajam?
Berapa banyak kata-kata semanis madu
Yang palsu yang engkau ucapkan untuk menipu?
Berapa sering engkau berkata jujur?
Berapa langkanya engkau dengan syahdu
memohon agar Allah mengampunimu?

Tatkala kutatap TUBUHku, apakah tubuh ini
Yang kelak menyala penuh cahaya, bersinar,
bersuka cita, bercengkrama disurga?
Ataukah tubuh yang akan tercabik-cabik
hancur mendidih dalam lahar neraka jahanam,
Terpasung tanpa ampun,
menderita yang tak akan pernah berakhir?

WAHAI TUBUH , BERAPA BANYAK MAKSIAT
YANG TELAH ENGKAU LAKUKAN?
Berapa banyak orang-orang yang engkau zalimi dengan tubuhmu?
Berapa banyak hamba-hamba yang lemah
yang engkau tindas dengan kekuatanmu?
Berapa banyak perindu pertolongan yang engkau acuhkan-
tanpa peduli, padahal engkau mampu?
Berapa banyak hak-hak yang engkau rampas?

Ketika kutatap HATI tubuh,
Seperti apakah gerangan isi hatimu?
Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu?
Ataukah sekotor daki-daki yang melekat ditubuhmu?
Apakah hatimu segagah ototmu.
Ataukah selemah daun-daun yang sudah rontok?
Apakah hatimu seindah penampilanmu,
Ataukah sebusuk kotoran-kotoranmu?

Betapa beda.... betapa beda apa yang tampak dicermin
dengan apa yang tersembunyi...
Aku telah tertipu oleh topeng yang selama ini tampak
Betapa banyak pujian yang terhampar hanyalah memuji topeng
Sedangkan aku....
hanyalah seonggok sampah yang terbungkus
Aku tertipu... Aku malu Ya Allah...
Ya Allah... selamatkan aku....
Amin...Ya Rabbil 'alamin

♥Ada Kebaikan Di Balik Yang Kita Benci♥

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saudaraku..terkadang apa yang kita benci justru mendatangkan kebaikan, sebaliknya apa yang kita sukai tak jarang mendatangkan kesusahan. Janganlah kita merasa aman dengan kesenangan, karena bisa saja menimbulkan kemudharatan. Namun jangan pula berputus asa jika mengalami kesulitan karena bisa jadi mendatangkan kesenangan di kemudian hari.

Mari kita renungkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikut ini: “.....Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” ( QS. Al Baqarah: 216 ).

Saudaraku..hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik dan terburuk untuk kita. Hal ini karena pengetahuan Allah tidak terbatas, sedangkan apa yang kita ketahui amatlah terbatas. Kita hanya mampu menilai apa yang tampak dan mudah dipahami seketika. Oleh karena itu kita harus menyandarkan diri , berserah diri dan memohon petunjuk kepada kebijaksanaan Allah. Apa yang terbaik menurut-Nya pasti terbaik untuk kita. Sesungguhnya setiap hal atau kejadian di dunia ini tak luput dari kehendak Allah pula. Kita hanya menjalani apa yang telah ditetapkan-Nya.

Saudaraku..silahkan ditag/share,silahkan kunjungi dan gabung dengan halaman kami dengan klik link di bawah ini lalu klik SUKA.Insya Allah bermanfaat.

Bismillahirrahmaanirrahiim


SIANG sudah beranjak petang. Namun, cahaya matahari masih terasa panas dan menyilaukan. Inilah saat-saat di mana teriakan itu kembali terdengar, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!” Terdengar setiap hari, menyapa telinga warga komplek terutama ibu-ibu yang keluar rumah mengawasi anak-anak kecilnya yang bermain di luar rumah.

Suatu hari teriakan itu kembali terdengar lantang, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!” Seorang ibu muda tergopoh-gopoh menghampiri, “Bang, ada telor asin?” Abang pemilik suara itu pun dengan wajah menyesal menjawab, “Wah, nggak ada Bu. Telor asinnya lagi kosong.” Si Ibu pun menatap si Abang penjual tahu dengan heran, “Lha, tadi teriak lontong-tahu, peyek, telor asin. Kok telor-nya nggak ada?” dumelnya sambil berlalu masuk ke kerumah.

Hari berikutnya seorang ibu lain menghampiri si Abang penjual lontong-tahu tersebut. Sesaat setelah teriakannya menyapa telinga, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!” Ibu tersebut bertanya, “Bang, ada telor asinnya nggak?” Kali ini si Abang menjawab, “Telor asin lagi susah, Bu!” Kini, si Ibu lebih galak, memprotes si Abang, “Nggak ada telor asinnya kok teriak telor asin!” Si Abang pun hanya senyum mesam-mesem.

Entah berteriak tiga serangkai “lontong-tahu, peyek, telor asin” merupakan satu kesatuan bunyi yang telah dihapal oleh si Abang atau memang si Abang kadung lupa bahwa salah satu barang yang ditawarkannya ternyata tak ada. Yang jelas teriakan si Abang hari-hari berikutnya tetap sama. Mengulang teriakan yang sama, menyapa telinga dengan bunyi dan intonasi yang sama, informasi yang disampaikannya pun selalu berulang, “Lontong-tahu, peyek, telor asin!”

Menarik sekali memperhatikan polah si penjual lontong-tahu di atas. Sesuatu yang diulangnya entah berapa ribu kali sepanjang sejarah profesinya sebagai penjual lontong-tahu, telah membuatnya fasih mengucapkan rangkaian kata tersebut. Tanpa harus membuatnya berpikir-ulang tentang kebenarannya.



Kekuatan Repetitive (Pengulangan)

Repetitive atau pengulangan memang sebuah metode yang dikenal dalam dunia pembelajaran. Allah pun mendidik kita dengan metode repetitive ini melalui shalat. Shalat yang wajib didirikan lima waktu sehari agar setiap Muslim membuktikan ketaatan dan mudah memahami makna kehidupan.

Allah berfirman, “Sungguh, Robbmu, Dialah Yang Maha Pencipta, Maha Mengetahui. Dan, sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang dan Al-Quran yang agung” (Qs. Al-Hijr 87).

Tujuh ayat yang dimaksud oleh ayat di atas, oleh sebagian ulama diartikan dengan surat Al-Fatihah yang dibaca seorang Muslim berulang-ulang sebanyak 17 kali dalam sehari. Hal ini tentu merupakan metode pembelajaran dari Allah agar hamba-Nya memahami hakikat sejati kehidupan. Sebagai ciptaan yang tak dapat berlepas diri dari kehendak dan pertolongan-Nya. Sebagai abdi yang seharusnya selalu memohon agar kebersamaan dengan Allah dalam bentuk ketaatan, senantiasa dikaruniakan-Nya, agar Sang Pencipta berkenan menghindarkannya dari kejahatan dirinya sendiri maupun mahluk lain. Sehingga kelak ia akan pulang dalam kehidupan surga yang abadi.

Arah dan tujuan hidup inilah yang selalu diingatkan berulang kali oleh Allah pada kita, sebagai hamba, agar selalu ingat dan meluruskan langkah. Agar kita pun mengetahui dengan pasti ke mana kita harus melangkah, apa yang harus digunakan saat tersesat agar dapat kembali, dan apa yang mesti diyakininya tanpa banyak mempertanyakan.

Semuanya hanya dapat diperoleh, tak lain, hanya dengan meneguhkan ketaatan dan keyakinannya. Dengan cara mengulang-ulang dalam benak kita bahwa Allah, hanya Dia sajalah, Rabb yang Mahakuasa, Maha Menyayanginya, dan tak pernah mengharapkan sesuatu dari hamba-Nya kecuali kebaikan bagi mereka.

_ _ _
[‘Aliya/voa-islam.com)
Edited by HAA

Minggu, 22 Juli 2012

Surah At-Tin

  1. Demi Tin dan Zaitun
  2. dan demi bukit Sinai,
  3. dan demi kota (Mekah) ini yang aman,
  4. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
  5. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
  6. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
  7. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
  8. Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya? At-Tin artinya buah tin. Surat ini terdiri atas delapan ayat, termasuk golongan surat Makiyyah karena diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Dinamai At-Tin karen kata ini disebutkan pada awal surat. Inti pesannya yaitu memberikan penjelasan bahwa manusia merupakan makhluk terbaik secara jasmaniah dan rohaniah. Namun akan meluncur ke derajat yang lebih rendah dari binatang apabila dia tidak mampu mempertahankan kemuliaannya.
Kata Tin dalam Al Qur’an hanya disebut satu kali, yaitu dalam surat ini. Ada ahli tafsir yang menyebutkan bahwa Tin adalah sejenis buah yang terdapat di Timur Tengah. Apabila telah matang, berbiji seperi tomat, warnanya coklat, rasanya manis, berserat tinggi, dan dapat digunakan sebagai obat penghancur batu pada saluran kemih dan obat wasir. Oleh sebab itu, Al-Qur’an terjemahan departemen agama, kalimat ”wattini” diartikan dengan ”Demi Buah Tin”. Kata zaitun disebut empat kali dalam Al-Qu’ran, Zaitun adalah sejenis tumbuhan yang banyak tumbuh di sekitar laut tengah, pohonnya berwarna hijau, buahnya pun berwarna hijau, namun ada pula yang berwarna hitam pekat, bentuknya seperti anggur, dapat dijadikan asinan dan minyak yang sangat jernih. Zaitun dinamai Al –Quran sebagai syajarah mubaarakah (tumbuhan yang banyak manfaatnya). (QS An-Nur 24:335)
Tidak semua ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud Tin dan Zaitun adalah nama buah. Ada juga yang berpendapat bahwa ini adalah nama bukit tempat nabi Ibrahim AS menerima wahyu, sedangkan Zaitun adalah nama bukit di daerah Yerusalem tempat Nabi Isa menerima Wahyu. Jadi, Tin dan Zitun adalah dua tempat yang dianggap bersejarah, karena di tempt itulah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Isa AS menerima wahyu.
Kedua pendapat tersebut sama-sama memiliki alasan yang kuat. Namun, kalau kita cermati konteks ayatnya, kelihatannya pendapat terakhir lebih logis karena pada ayat berikutnya, yaitu ayat kedua dan ketiga, Allah SWT. Berfirman tentang bukit Sinai dan Kota Mekah. Hampir seluruh ahli tafsir sependapat kalau yang dimaksud Thuur Shinin pada ayat tersebut adalah bukit Tursina atau lebih dikenal dengan nama bukit Sinai, yaitu bukit yang berada di Palestina, sementara yang dimaksud Baladil Amiin adalah kota Mekkah.
Dengan empat ayat di depan, Allah SWT bersumpah dengan empat tempat penting, yaitu Tin, Zaitun, Tursina, dan Balaadil Amin (kota Mekkah). Di mana pada empat tempat tersebut Nabi Ibahim, Musa , Isa, dan Muhammad menerima wahyu untuk memberikan bimbingan dan pencerahan hidup pada umat manusia. Bimbingan yang diberikan para Nabi dan Rasul ditujukan untuk menjaga manusia agar tetap berada dalam kemuliaannya, karena manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT. Dalam bentuk yang terbaik, sebagaimana dijelaskan pada ayat berikutnya, ”laqad khalagnal insaana fii ahsani taqwiim”. Dalam ayat ini menegaskan secara eksplisit bahwa manusia itu diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna.
Ar-Raghhib Asfahani, seorang pakar bahasa Al-Qur’an meyebutkan bahwa kata taqwiim pada ayat ini merupakan isyarat tentang keistimewaan manusia dibanding binatang, yaitu dengan dikaruniainya akal, pemahaman dan bentuk fisik yang tegak lurus. Jadi ahsani taqwiim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya.
Kedudukan manusia di antara makhluk SWT lainnya pun menempati peringkat tertinggi, melebihi kedudukan malaikat, ”Dan sesungguhnya Kami memuliakan anak Adam (manusia)dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol. ”(QS. Al-Isra 17:70).
Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman dan taat kepada Allah SWT, ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan tersebut.
Pertama: Allah SWT, memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud hormat kepada Adam AS.
Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah SWT tentang Al-Asma (nama-nama ilmu pengetahuan), sedangkan Adam AS mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah SWT.
Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu. Sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan.
Keempat, manusia diberi tugas oleh Allah SWT menjadi khalifah di muaka bumi,
Bila manusia tidak mampu mengemban amanah yang begitu besar, derajatnya akan turun ke tingkat yang paling hina dari binatang sekalipun, tetapi dalam ayat lain menyebutkan:”Orang yang tidak akan turun derajat yang paling rendah adalah orang beriman. Iman secara bahasa bermakna ”pembenaran”. Maksudnya pembenaran terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, yang pokok-pokoknya tergambar dalam rukun iman yang enam. ”Al immanu yaziidu wa yanqushu (iman itu fluktuatif, dapat bertambah dan bisa berkurang). Karena itulah kita wajib menjaga iman agar tetap prima.
Setelah beriman, yang bisa menyelamatkan manusia dari kejatuhannya adalah ”Amilus Shalihat (beramal shalih). Kata ’Amiluu berasal dari kata ”amilun, artinya pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Kata shalihaat berasal dari kata shaluha, artinya bermanfaat untuk dirinya ataupun orang lain, serta pekerjaannya itu sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Tanpa iman kepada Allah SWT, amal yang dilakukan akan sia-sia belaka.
Surat ini ditutup dengan ”Alaisallahu biahkamil haakimiin (”Bukankah Allah itu hakim yang seadil-adilnya”). Seolah-olah ayat ini mengatakan, ”Pikirkanlah wahai manusia, hanya Allah SWT. Hakim yang Maha Adil dan Maha Mengetahui kebutuhan kamu. Oleh sebab itu, hanya aturan-aturan-Nya yang bisa memenuhi kebutuhamu!”. semoga kita menjadi orang-orang yang taat menjaga kemuliaan yang Allah SWT berikan dengan selalu meningkatkan iman dan mengerjakan amal saleh. Amin.
Resource: Majalah ADILAH

Kamis, 19 Juli 2012

Penjelasan Secara Medis Mengapa Puasa Dapat Menyehatkan Tubuh

Meski puasa merupakan salah satu bentuk terapi kesehatan, namun bila salah melakukannya, beberapa penyakit bisa datang dan mengganggu kenyamanan kita menjalankan ibadah puasa.

Untuk mempersiapkan puasa yang sehat, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah mengatur menu saat sahur dan berbuka, karena di saat itulah tubuh akan mendapatkan asupan untuk mencukupi kebutuhan kalorinya. Walau terjadi perubahan jadwal makan, bukan berarti kebutuhan kalori juga harus berubah.

Gangguan-gangguan penyakit yang biasa terjadi ketika menjalani puasa antara lain:
a. Konstipasi (sembelit)
Susah buang air besar sering dialami saat berpuasa. Sembelit bisa menyebabkan ambeien (haemorroids), rasa nyeri di saluran anal dan gangguan pencernaan yang membuat perut terasa kembung. Kondisi ini normal saat kita berpuasa karena tubuh banyak menyaring makanan, kurang minum (cairan) dan kurang konsumsi serat.

Untuk mencegah hal ini cobalah saat berbuka dan sahur perbanyak makan-makanan tinggi serat (misal: dari biji-bijian dan buah-buahan), banyak minum air putih dan jika ingin mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak pilihlah roti atau gandum yang mengandung bekatul.

b. Gangguan pencernaan
Saat berbuka kita sering tak bisa mengontrol diri untuk makan. Penyebab: makan berlebihan, terlalu banyak mengkonsumi makanan yang digoreng dan berlemak, makanan pedas, dan makanan yang memicu produksi gas, seperti telur, kubis, minuman berkarbornasi.

Untuk menghindari hal tersebut hindari makan terlalu berlebihan saat berbuka puasa, kurangi minuman mengandung soda, akan lebih baik jika banyak mengkonsumsi jus buah dan air mineral. Hindari makan yang digoreng dan makanan yang memproduksi gas.

c. Tekanan darah rendah
Keringat yang berlebihan, rasa lemas, letih, lesu, tak ada energi, pusing terutama saat bangun dari posisi duduk, pucat, dan merasa ingin pingsan merupakan gejala- gejala yang umum dijumpai pada penderita tekanan darah rendah. Hal ini lebih sering terjadi pada siang hari.

Biasanya gangguan ini terjadi karena sedikitnya jumlah konsumsi cairan dan kurangnya konsumsi garam. Untuk mencegahnya cobalah mulai meningkatkan konsumsi cairan dan garam dengan jumlah melebihi yang biasa Anda konsumsi.

d. Sakit kepala
Sakit kepala atau pening selalu dialami beberapa orang saat berpuasa, karena mereka harus menghilangkan kebiasaan yang biasa dilakukan di siang hari, seperti merokok, minum kopi atau rutinitas kerjaan yang menuntut banyak tenaga, dan menahan rasa kantuk. Sakit kepala ini semakin parah jika dibarengi tekanan darah rendah, bahkan menyebabkan rasa mual sebelum waktu berbuka.

Untuk mencegah dan mengurangi rasa sakit kepala, stop konsumsi kopi dan merokok selama puasa. Untuk menghindari ngantuk di siang hari, atur kembali jadwal tidur selama bulan Ramadhan.

e. Gula Darah Rendah
Lesu, pening, mudah lelah, konsentrasi buruk, mudah berkeringat, merasa goncang (tremor), tak dapat melakukan aktivitas fisik, sakit kepala, adalah gejala- gejala yang sering dijumpai pada penderita gula darah rendah. Untuk penderita yang bukan termasuk penderita diabetes, gejala ini disebabkan karena memiliki terlalu banyak gula, misalnya terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat saat sahur.

Karena tubuh menghasilkan banyak insulin, dan membuat glukosa darah menurun, yang membuat tubuh lemas. Untuk mencegah hal ini kurangi makanan yang manis-manis saat sahur. Bagi penderita diabetes (kencing manis), dianjurkan berkonsultasi dengan dokter mereka untuk menjalani puasa.

f. Kejang Otot (kram otot)
Kurang konsumsi kalsium, magnesium dan kalium bisa menyebabkan kram otot, cobalah mengkonsumsi makanan kaya mineral misalnya produk susu, daging, buah-buahan dan sayur mayur.

g. Bisul Perut dan Radang Perut
Naiknya asam lambung pada perut kosong saat berpuasa semakin memperburuk kondisi tersebut, perut bagian atas (ulu hati) terasa terbakar dan menyebabkan rasa tak enak di perut. Hindari makanan pedas, kopi dan minuman bersoda untuk mencegah kondisi semakin buruk.

h. Batu Ginjal
Batu ginjal terjadi pada orang yang kurang minum, karena itu untuk penderita bantu ginjal, perbanyak minum saat berbuka dan sahur untuk mencegah pembentukan batu ginjal.
Bulan ramadhan adalah bulan yang paling dinanti oleh umat muslim. Saat itu dianggap sebagai bulan yang penuh berkah dan rahmah. Semua umat muslim yang sehat dan sudah akil balik diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh. Meskipun untuk sebagian orang ibadah puasa cukup berat tetapi terdapat keistimewaan untuk mendapatkan hikmah dari Allah berupa kebahagian, pahala berlipat, dan bahkan suatu mukjizat dalam kesehatan.

Allah berjanji akan memberikan berkah kepada orang yang berpuasa. Seperti ditegaskan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim: ”Berpuasalah maka kamu akan sehat.” Dengan berpuasa akan bermanfaat secara biopsikososial berupa sehat jasmani, rohani dan sosial. Rahasia kesehatan yang dijanjikan dalam berpuasa inilah yang menjadi daya tarik ilmuwan untuk meneliti berbagai aspek kesehatan puasa secara psikobiologis, imunopatofisilogis dan biomolekular.

Berbeda Dengan Starvasi
Para pakar nutrisi dunia mendefinisikan puasa atau kelaparan (starvasi) sebagai pantangan mengkonsumsi nutrisi baik secara total atau sebagian dalam jangka panjang atau jangka pendek. Sedangkan konsep puasa dalam Islam secara substansial adalah menahan diri tidak makan, minum dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat. Sehingga puasa memiliki perbedaan dibandingkan starvasi biasa.

Starvasi dalam berbagai bentuk dapat mengganggu kesehatan tubuh. Namun sebaliknya, dalam puasa ramadhan terjadi keseimbangan anabolisme dan katabolisme yang berakibat asam amino dan berbagai zat lainnya membantu peremajaan sel dan komponennya memproduksi glukosa darah dan mensuplai asam amino dalam darah sepanjang hari. Cadangan protein yang cukup dalam hati karena asupan nutrisi saat buka dan sahur akan tetap dapat menciptakan kondisi tubuh untuk terus memproduksi protein essensial lainnya seperti albumin, globulin dan fibrinogen. Hal ini tidak terjadi pada starvasi jangka panjang, karena terjadi penumpukan lemak dalam jumlah besar, sehingga beresiko terjadi sirosis hati. Sedangkan saat puasa di bulan ramadhan, fungsi hati masih aktif & baik

Kemudian juga berbeda dengan starvasi, dalam puasa Islam asam amino teroksidasi dengan pelan dan zat keton tidak meningkat dalam darah sehingga tidak akan mengakibatkan pengasaman dalam darah. Dalam penelitian, saat puasa tidak berpengaruh pada sel darah manusia & tidak terdapat perbedaan jumlah retikulosit, volume sel darah merah serta rata-rata konsentrasi hemoglobin (MCH, MCHC) dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa.

Puasa pada penderita diabetes tipe 2 tidak berpengaruh dan tidak terdapat perbedaan protein gula, protein glikosilat dan hemoglobin glikosilat. Namun pada penderita diabetes tipe tertentu sebaiknya harus berkonsultasi dengan dokter bila hendak berpuasa. Di antaranya adalah penderita diabetes dengan keton meningkat, sedang hamil, usia anak atau komplikasi lain seperti gagal ginjal & jantung.

Terdapat sebuah penelitian puasa pada ibu hamil, ibu menyusui, dan kelompok tidak hamil dan tidak menyusui di perkampungan Afika Barat. Ternyata dalam penelitian tersebut disimpulkan tidak terdapat perbedaan kadar glukosa serum, asam lemak bebas, trigliserol, keton, beta hidroksi butirat, alanin, insulin, glucagon dan hormon tiroksin.

Ketika berpuasa ternyata juga terbukti tidak berpengaruh pada fungsi kelenjar gondok manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar plasma tiroksin (TS), tiroksin bebas, tironin triyodium dan hormon perangsang gondok (TSH) pada penderita laki-laki yang berpuasa.

Sedangkan pada penelitian hormon wanita tidak terjadi gangguan pada hormon virgisteron saat melaksanakan puasa. Tetapi, 80% populasi penelitian menunjukkan penurunan hormon prolaktin. Penelitian ini menunjukkan harapan baru bagi penderita infertilitas atau kemandulan wanita yang disebabkan peningkatan hormon prolaktin. Sehingga saat puasa, wanita tetap berpeluang besar untuk tetap pada kondisi subur.
Manfaat Kesehatan
Beberapa penelitian menyebutkan sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang mencolok saat berpuasa dibandingkan saat tidak berpuasa. Puasa saat Ramadan tidak mempengaruhi secara drastis metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Meskipun terjadi peningkatan serum uria dan asam urat sering terjadi saat terjadi dehidrasi ringan saat puasa. Saat berpuasa ternyata terjadi peningkatan HDL dan apoprotein alfa1. Penurunan LDL sendiri ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Beberapa penelitian “chronobiological” menunjukkan saat puasa ramadhan berpengaruh terhadap ritme penurunan distribusi sirkadian dari suhu tubuh, hormon kortisol, melatonin dan glisemia. Berbagai perubahan yang meskipun ringan tersebut tampaknya juga berperan bagi peningkatan kesehatan manusia.

Saat puasa terjadi perubahan dan konversi yang masif dalam asam amino yang terakumulasi dari makanan, sebelum didistribusikan dalam tubuh terjadi format ulang. Sehingga memberikan kesempatan tunas baru sel untuk memperbaiki dan merestorasi fungsi dan kinerjanya. Pola makan saat puasa dapat mensuplai asam lemak dan asam amino penting saat makan sahur dan berbuka. Sehingga terbentuk tunas-tunas protein, lemak, fosfat, kolesterol dan lainnya untuk membangun sel baru dan membersihkan sel lemak yang menggumpal di dalam hati. Jumlah sel yang mati dalam tubuh mencapai 125 juta perdetik, namun yang lahir dan meremaja lebih banyak lagi.

Penghentian konsumsi air selama puasa sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1000 sampai 12.000 ml osmosis/kg air. Dalam keadaan tertentu hal ini akan memberi perlindungan terhadap fungsi ginjal. Kekurangan air dalam puasa ternyata dapat meminimalkan volume air dalam darah. Kondisi ini berakibat memacu kinerja mekanisme lokal pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin yang pada akhirnya memacu fungsi dan kerja sel darah merah.

Dalam keadaan puasa ternyata dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penelitian menunjukkan saat puasa terjadi peningkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat. Kendati keseluruhan sel darah putih tidak berubah ternyata sel T mengalami kenaikkan pesat. Pada penelitian terbaru menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar apo-betta, menaikkan kadar apo-alfa1 dibandingkan sebelum puasa. Kondisi tersebut dapat menjauhkan serangan penyakit jantung dan pembuluh darah.

Penelitian endokrinologi menunjukkan bahwa pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban dalam asimilasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan dan insulin dalam jumlah besar. Penurunan berbagai hormon tersebut merupakan salah satu rahasia hidup jangka panjang.

Manfaat lain ditunjukan dalam penelitian pada kesuburan laki-laki. Dalam penelitian tersebut dilakukan penelitian pada hormon testoteron, prolaktin, lemotin, dan hormon stimulating folikel (FSH), Ternyata hasil akhir kesimpulan penelitian tersebut puasa bermanfaat dalam pembentukan sperma melalui perubahan hormon hipotalamus-pituatari testicular dan pengaruh kedua testis.

Manfaat lain yang perlu penelitian lebih jauh adalah pengaruh puasa pada membaiknya penderita radang persendian (encok) atau rematoid arthritis. Parameter yang diteliti adalah fungsi sel penetral (netrofil) dan progresifitas klinis penderita. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat korelasi antara membaiknya radang sendi dan peningkatan kemampuan sel penetral dalam membasmi bakteri.

Dalam sebuah jurnal endokrin dan metabolisme dilaporkan penelitian puasa dikaitkan dengan hormon dan kemampuan seksual laki-laki. Penelitian tersebut mengamati kadar hormon kejantanan (testoteron), perangsang kantung (FSH) dan lemotin (LH). Terjadi perubahan kadar berbagai hormon tersebut dalam tiap minggu. Dalam tahap awal didapatkan penurunan hormon testoteron yang berakibat penurunan nafsu seksual tetapi tidak menganggu jaringan kesuburan. Namun hanya bersifat sementara karena beberapa hari setelah puasa hormon testoteron dan performa seksual meningkat pesat melebihi sebelumnya.

Bahkan seorang peneliti di Moskow melakukan penelitian pada seribu penderita kelainan mental termasuk sizofrenia. Ternyata dengan puasa sekitar 65% terdapat perbaikan kondisi mental yang bermakna. Berbagai penelitian lainnya menunjukkan ternyata puasa ramadhan juga mengurangi resiko kompilkasi kegemukan, melindungi tubuh dari batu ginjal, meredam gejolak seksual kalangan muda dan penyakit lainnya yang masih banyak lagi.

Manfaat Psiksosial
Manfaat puasa bagi kehidupan psikososial memegang peranan penting dalam kesehatan manusia. Dalam bulan puasa terjadi peningkatan komunikasi psikososial baik dengan Allah dan sesama manusia. Hubungan psikologis berupa komunikasi dengan Allah akan meningkat pesat, karena puasa adalah bulan penuh berkah. Setiap doa dan ibadah akan berpahala berlipat kali dibandingkan biasanya. Bertambahnya kualitas dan kuantitas ibadah di bulan puasa akan juga meningkatkan komunikasi sosial dengan sesama manusia baik keluarga, saudara dan tetangga akan lebih sering. Berbagai peningkatan ibadah secara langsung akan meningkatkan hubungan dengan Pencipta dan sesamanya ini akan membuat jiwa lebih aman, teduh, senang, gembira, puas serta bahagia.

Keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.

Berbagai kajian ilmiah melalui penelitian medis telah menunjukkan bahwa ternyata puasa sebulan penuh saat bulan ramadhan bermanfaat sangat luar biasa bagi tubuh manusia. Sebaliknya banyak penelitian menunjukkan bahwa puasa berbeda dengan starvasi biasa, secara umum tidak akan mengganggu tubuh manusia. Dalam mencermati temuan ilmiah tersebut akan lebih diyakini bahwa berkah kesehatan yang dijanjikan dalam berpuasa ternyata bukan sekedar teori dan opini.

Manfaat puasa bagi kesehatan sebagian telah terbukti secara ilmiah. Wajar saja, bahwa puasa adalah saat yang paling dinantikan oleh kaum muslim karena memang terbukti secara ilmiah menjanjikan berkah dan mukjizat dalam kesehatan manusia. (fn/sc/mc/suaramedia.com)

Keagungan Puasa Ramadhan

[1] KEDUDUKAN SHAUM RAMADHAN
Penjelasan Secara Medis Mengapa Puasa Dapat Menyehatkan Tubuh“Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai daripada dengan menunaikan kewajiban yang Aku bebankan kepadanya…”.
Kewajiban Bagi Kaum Yang Beriman
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian untuk berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2] : 183).
Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam. Inilah kedudukannya (yang mulia) di dalam agama Islam. Hukumnya adalah wajib berdasarkan ijma’/kesepakatan kaum muslimin karena Al-Kitab dan As-Sunnah menunjukkan demikian.” (Syarh Riyadhush Shalihin, 3/380).
Ketika menjelaskan ayat di atas beliau mengatakan, “Allah mengarahkan pembicaraannya (di dalam ayat ini, pen) kepada orang-orang yang beriman. Sebab puasa Ramadhan merupakan bagian dari konsekuensi keimanan. Dan dengan menjalankan puasa Ramadhan akan bertambah sempurna keimanan seseorang. Dan juga karena dengan meninggalkan puasa Ramadhan akan mengurangi keimanan. Para ulama berbeda pendapat mengenai orang yang meninggalkan puasa karena meremehkannya atau malas, apakah dia kafir atau tidak? Namun pendapat yang benar menyatakan bahwa orang ini tidak kafir. Sebab tidaklah seseorang dikafirkan karena meninggalkan salah satu rukun Islam selain dua kalimat syahadat dan shalat.” (Syarh Riyadhush Shalihin, 3/380-381).
Menunaikan kewajiban merupakan ibadah yang sangat utama, karena kewajiban merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda membawakan firman Allah ta’ala (dalam hadits qudsi),
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ
“Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai daripada dengan menunaikan kewajiban yang Aku bebankan kepadanya…” (HR. Bukhari [6502] dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
An-Nawawi mengatakan, “Di dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa mengerjakan kewajiban lebih utama daripada mengerjakan amalan yang sunnah.” (Syarh Arba’in li An-Nawawi yang dicetak dalam Ad-Durrah As-Salafiyah, hal. 265).
Syaikh As-Sa’di juga mengatakan, “Di dalam hadits ini terdapat pokok yang sangat agung yaitu kewajiban harus didahulukan sebelum perkara-perkara yang sunnah. Dan ia juga menunjukkan bahwa amal yang wajib itu lebih dicintai Allah dan lebih banyak pahalanya.” (Bahjat Al-Qulub Al-Abrar, hal. 116).
Al-Hafizh mengatakan, “Dari sini dapat dipetik pelajaran bahwasanya menunaikan kewajiban-kewajiban merupakan amal yang paling dicintai oleh Allah.” (Fath Al-Bari, 11/388).
Syaikh Prof. Dr. Ibrahim Ar-Ruhaili hafizhahullah mengatakan, “Amal-amal wajib lebih utama daripada amal-amal sunnah. Menunaikan amal yang wajib lebih dicintai Allah daripada menunaikan amal yang sunnah. Ini merupakan pokok agung dalam ajaran agama yang ditunjukkan oleh dalil-dalil syari’at dan ditetapkan pula oleh para ulama salaf.” Kemudian beliau menyebutkan hadits di atas. Setelah itu beliau mengatakan, “Maka hadits ini memberikan penunjukan yang sangat gamblang bahwa amal-amal wajib lebih mulia dan lebih dicintai Allah daripada amal-amal sunnah.” Kemudian beliau menukil ucapan Al-Hafizh Ibnu Hajar di atas (lihat Tajrid Al-Ittiba’ fi Bayan Tafadhul Al-A’maal, hal. 34).
[2] KEUTAMAAN SHAUM
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada harumnya minyak kasturi…”
Menghapuskan Dosa-Dosa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari [38, 1901, 2014] dan Muslim [760] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Yang dimaksud dengan iman di sini adalah meyakini wajibnya puasa yang dia lakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan mengharapkan pahala/ihtisab adalah keinginan mendapatkan balasan pahala dari Allah ta’ala (Fath Al-Bari, 4/136).
An-Nawawi mengatakan bahwa pendapat yang populer di kalangan para ulama ahli fikih menyatakan bahwa dosa-dosa yang terampuni dengan melakukan puasa Ramadhan itu adalah dosa-dosa kecil bukan dosa-dosa besar (lihat Al-Minhaj, 4/76). Hal itu sebagaimana tercantum dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat lima waktu. Ibadah Jum’at yang satu dengan ibadah jum’at berikutnya. Puasa Ramadhan yang satu dengan puasa Ramadhan berikutnya. Itu semua merupakan penghapus dosa antara keduanya, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim [233]).
Di dalam kitab Shahihnya Bukhari membuat sebuah bab yang berjudul ‘Shalat lima waktu sebagai penghapus dosa’ kemudian beliau menyebutkan hadits yang senada, dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Nabi bersabda,
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لَا يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا
“Bagaimana menurut kalian kalau seandainya ada sebuah sungai di depan pintu rumah kalian dan dia mandi di sana sehari lima kali. Apakah masih ada sisa kotoran yang ditinggalkan olehnya?”. Para sahabat menjawab, “Tentu saja tidak ada lagi kotoran yang masih ditingalkan olehnya.” Maka beliau bersabda, “Demikian itulah perumpamaan shalat lima waktu dapat menghapuskan dosa-dosa.” (HR. Bukhari [528] dan Muslim [667]).
Ibnu Hajar mengatakan, “Zahir hadits ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan dosa-dosa di sini lebih luas daripada dosa kecil maupun dosa besar. Akan tetapi Ibnu Baththal mengatakan, ‘Dari hadits ini diambil kesimpulan bahwa yang dimaksudkan adalah khusus dosa-dosa kecil saja, sebab Nabi menyerupakan dosa itu dengan kotoran yang menempel di tubuh. Sedangkan kotoran yang menempel di tubuh jelas lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan bekas luka ataupun kotoran-kotoran manusia.’.”
Meskipun demikian, Ibnu Hajar membantah ucapan Ibnu Baththal ini dengan menyatakan bahwa yang dimaksud oleh hadits bukanlah kotoran ringan yang sekedar menempel di badan, namun yang dimaksudkan adalah kotoran berat yang benar-benar sudah melekat di badan. Penafsiran ini didukung oleh bunyi riwayat lainnya yang dibawakan oleh Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri dengan sanad la ba’sa bihi yang secara tegas menyebutkan hal itu.
Oleh sebab itulah Al-Qurthubi mengatakan, “Zahir hadits ini menunjukkan bahwa melakukan shalat lima waktu itulah yang menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa, akan tetapi makna ini janggal. Namun terdapat hadits lain yang diriwayatkan sebelumnya oleh Muslim dari penuturan Al-Alla’ dari Abu Hurairah secara marfu’ Nabi bersabda, ‘Shalat yang lima waktu adalah penghapus dosa di antara shalat-shalat tersebut selama dosa-dosa besar dijauhi.’ Berdasarkan dalil yang muqayyad (khusus) ini maka hadits lain yang muthlaq (umum) harus diartikan kepada makna ini.” (lihat Fath Al-Bari, 2/15).
Hadits-hadits yang menyebutkan tentang penghapusan dosa karena amal kebaikan di atas sesuai dengan kandungan firman Allah ta’ala,
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
“Sesungguhnya amal-amal kebaikan itu akan menghapuskan dosa-dosa.” (QS. Huud [11] : 114).
Ibnu Katsir mengatakan, “Allah menyatakan bahwa mengerjakan amal-amal kebaikan akan dapat menghapuskan dosa-dosa di masa silam…” (Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, 4/247). Syaikh As-Sa’di menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dosa-dosa di dalam ayat di atas adalah dosa-dosa kecil (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 391).
Sebagaimana Allah juga menjadikan tindakan menjauhi dosa-dosa besar sebagai sebab dihapuskannya dosa-dosa kecil. Allah berfirman,
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang kepada kalian niscaya Kami akan menghapuskan dosa-dosa kecil kalian dan Kami akan memasukkan kalian ke dalam tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisaa’ [4] : 31).
Syaikh As-Sa’di menjelaskan bahwa definisi yang paling tepat untuk dosa besar adalah segala bentuk pelanggaran yang diberi ancaman hukuman khusus (hadd) di dunia atau ancaman hukuman tertentu di akhirat atau ditiadakan status keimanannya atau timbulnya laknat karenanya atau Allah murka kepadanya (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 176).
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan ucapan Ibnu Abbas mengenai firman Allah di atas. Ibnu Abbas mengatakan, “Dosa besar adalah segala bentuk dosa yang berujung dengan ancaman neraka, kemurkaan, laknat, atau adzab.” (HR. Ibnu Jarir, disebutkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya, 2/202).
Ibnu Abi Hatim menuturkan : Abu Zur’ah menuturkan kepada kami : Utsman bin Syaibah menuturkan kepada kami : Jarir menuturkan kepada kami riwayat dari Mughirah. Dia (Mughirah) mengatakan, “Tindakan mencela Abu Bakar dan Umar radhiyallahu’anhuma juga termasuk dosa besar.” Ibnu Katsir mengatakan, “Sekelompok ulama bahkan berpendapat kafirnya orang yang mencela Sahabat, ini merupakan pendapat yang diriwayatkan dari Malik bin Anas rahimahullah.” Muhammad bin Sirin mengatakan, “Aku tidaklah mengira bahwa ada seorang pun yang menjatuhkan nama Abu Bakar dan Umar sementara dia adalah orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi). (lihat keterangan ini dalam Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, 2/203).
Qatadah mengatakan tentang makna ayat di atas, “Allah hanya menjanjikan ampunan bagi orang yang menjauhi dosa-dosa besar.” (Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, 2/203).
Termasuk bagian dari menjauhi dosa besar ialah dengan senantiasa menunaikan kewajiban yang apabila ditinggalkan maka pelakunya terjerumus dalam dosa besar seperti halnya meninggalkan shalat, meninggalkan shalat Jum’at, atau meninggalkan puasa Ramadhan (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 176).
Memasukkan Ke Dalam Surga
Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu’anhu menceritakan bahwa suatu ketika ada seorang lelaki badui datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan rambutnya acak-acakan. Dia mengatakan,
“Wahai Rasulullah. Beritahukan kepadaku tentang shalat yang Allah wajibkan untuk kukerjakan?”.
Beliau menjawab,
“Shalat lima waktu, kecuali kalau kamu mau menambahnya dengan shalat sunnah.”
Lalu dia berkata,
“Beritahukan kepadaku puasa yang Allah wajibkan untukku?”.
Beliau menjawab,
“Puasa di bulan Ramadhan, kecuali kalau kamu mau menambah dengan puasa sunnah.”
Lalu dia berkata,
“Beritahukan kepadaku zakat yang Allah wajibkan untukku.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberitahukan kepadanya syari’at-syari’at Islam. Orang itu lalu mengatakan, “Demi Dzat yang telah memuliakan anda dengan kebenaran. Aku tidak akan menambah sama sekali, dan aku juga tidak akan menguranginya barang sedikitpun dari kewajiban yang Allah bebankan kepadaku.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
“Dia beruntung jika dia memang jujur.”
Atau beliau mengatakan,
“Dia akan masuk surga jika dia benar-benar jujur/konsekuen dengan ucapannya itu.” (HR. Bukhari [46, 1891, 2678, dan 9656] dan Muslim [11]).
Membentengi Pelakunya Dari Perbuatan Buruk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
“Puasa adalah perisai, maka janganlah dia berkata kotor dan bertindak dungu. Kalau pun ada orang yang mencela atau mencaci maki dirinya hendaknya dia katakan kepadanya, “Aku sedang puasa.” Dua kali. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada harumnya minyak kasturi. (Allah berfirman) ‘Dia rela meninggalkan makanannya, minumannya, dan keinginan nafsunya karena Aku. Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya.’ Setiap kebaikan itu pasti dilipatgandakan sepuluh kalinya.” (HR. Bukhari [1894] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Yang dimaksud dengan kata-kata kotor (rofats) di dalam hadits ini adalah ucapan yang keji. Kata rofats juga terkadang dimaksudkan untuk menyebut jima’ beserta pengantar-pengantarnya. Atau bisa juga maknanya lebih luas daripada itu semua (Fath Al-Bari, 4/123).
Al-Qurthubi menjelaskan bahwa ini bukan berarti di selain waktu puasa orang boleh mengucapkan kata-kata kotor. Hanya saja ketika sedang berpuasa maka larangan terhadap hal itu semakin keras dan semakin tegas (Fath Al-Bari, 4/124).
Kata rofats dengan makna jima’ bisa dilihat dalam ayat,
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ
“Dihalalkan untuk kalian pada malam (bulan) puasa melakukan rafats (jima’) kepada isteri-isteri kalian.” (QS. Al-Baqarah [2] : 187).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kata rofats di dalam ayat ini maksudnya adalah jima’. Inilah tafsiran Ibnu Abbas, Atha’, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Thawus, Salim bin Abdullah, Amr bin Dinar, Al-Hasan, Qatadah, Az-Zuhri, Adh-Dhahhaak, Ibrahim An-Nakha’i, As-Suddi, Atha’ Al-Khurasani, dan Muqatil bin Hayan (lihat Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, 1/286).
Dan yang dimaksud dengan bau mulut -orang yang puasa- tersebut adalah bau mulut yang timbul akibat berpuasa, bukan karena sebab yang lain (Fath Al-Bari, 4/125).
Sedangkan yang dimaksud dengan ‘keinginan nafsunya’ di dalam hadits ini adalah hasrat untuk berjima’, sebab penyebutannya digandengkan dengan makan dan minum (Fath Al-Bari, 4/126).
Sebuah Pintu Khusus Di Surga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Royyan. Orang-orang yang rajin berpuasa akan masuk Surga melewatinya pada hari kiamat nanti. Tidak ada orang yang memasukinya selain mereka. Diserukan kepada mereka, ‘Manakah orang-orang yang rajin berpuasa?’. Maka merekapun bangkit. Tidak ada yang masuk melewati pintu itu selain golongan mereka. Dan kalau mereka semua sudah masuk maka pintu itu dikunci sehingga tidak ada lagi seorangpun yang bisa melaluinya…” (HR. Bukhari [1896] dari Sahl radhiyallahu’anhu).
Yang dimaksud dalam hadits dengan orang yang rajin puasa bukanlah orang yang hanya mengerjakan puasa dan tidak mengerjakan shalat, sebab orang seperti ini tidak akan masuk surga akibat kekafirannya (meninggalkan shalat, pen). Akan tetapi yang dimaksud adalah kaum muslimin yang banyak-banyak berpuasa maka dia akan dipanggil agar melalui pintu tersebut. Sehingga setiap penghuni surga akan memasuki surga melalui pintu-pintunya yang berjumlah delapan (lihat Syarh Riyadhush Shalihin oleh Ibnu Utsaimin, 3/388-389).
Masing-masing pintu di surga memiliki kekhususan. Hal itu sebagaimana dikabarkan oleh Nabi dalam haditsnya,
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ نُودِيَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا خَيْرٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَلَى مَنْ دُعِيَ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُم
“Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang termasuk golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Royyan. Dan orang yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”
Ketika mendengar hadits ini Abu Bakar pun bertanya, “Ayah dan ibuku sebagai penebus anda wahai Rasulullah, kesulitan apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Mungkinkah ada orang yang dipanggil dari semua pintu tersebut?”.
Maka beliau pun menjawab, “Iya ada. Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka.” (HR. Bukhari [1897 dan 3666] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Al-Qadhi menukil ucapan Al-Harawi ketika menerangkan makna ‘sepasang hartanya’ : Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ‘sepasang harta’ adalah dua ekor kuda, dua orang budak, atau dua ekor onta (Al-Minhaj oleh An-Nawawi, 4/351). Sedangkan yang dimaksud dengan berinfak di jalan Allah dalam hadits ini mencakup berinfak untuk segala bentuk amal kebaikan, bukan khusus untuk jihad saja (Al-Minhaj, 4/352).
Hadits ini juga menunjukkan bahwa setiap orang yang beramal akan dipanggil dari pintunya masing-masing. Hal ini didukung dengan hadits dari jalur lain juga dari Abu Hurairah yang mengungkapkannya secara tegas, Nabi bersabda,
لِكُلِّ عَامِل بَاب مِنْ أَبْوَاب الْجَنَّة يُدْعَى مِنْهُ بِذَلِكَ الْعَمَل
“Bagi setiap orang yang beramal terdapat sebuah pintu khusus di surga yang dia akan dipanggil melalui pintu tersebut karena amal yang telah dilakukannya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad sahih, demikian kata Al-Hafizh dalam Fath Al-Bari, 7/30).
Hadits ini juga menunjukkan betapa mulia kedudukan Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Sebab Nabi mengatakan di akhir hadits ini, “Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka -yaitu orang yang dipanggil dari semua pintu surga-.” Para ulama mengatakan bahwa harapan dari Allah atau Nabi-Nya pasti terjadi. Dengan pernyataan ini maka hadits di atas termasuk kategori hadits yang menunjukkan keutamaan Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Hadits ini juga menunjukkan bahwa betapa sedikit orang yang bisa mengumpulkan berbagai amal kebaikan di dalam dirinya (Fath Al-Bari, 7/31).
Abu Bakar adalah orang yang memiliki berbagai bentuk amal shalih dan ketaatan. Hal itu terbukti sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya (kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa?”. Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?”. Maka Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?”. Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.” Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.” Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim [1027 dan 1028] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Abu Bakar Al-Muzani berkomentar tentang sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu, ”Tidaklah Abu Bakar itu melampaui para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (semata-mata) karena (banyaknya) mengerjakan puasa atau sholat, akan tetapi karena sesuatu yang bersemayam di dalam hatinya.” Mengomentari ucapan Al-Muzani tersebut, Ibnu ‘Aliyah mengatakan, ”Sesuatu yang bersemayam di dalam hatinya adalah rasa cinta kepada Allah ‘azza wa jalla dan sikap nasihat terhadap (sesama) makhluk-Nya.” (Jami’ Al-’Ulum wa Al-Hikam oleh Ibnu Rajab, hal. 102).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
”Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, akan baiklah seluruh anggota tubuh. Dan apabila ia rusak, rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah jantung.” (HR. Bukhari [52] dan Muslim [1599] dari sahabat An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhuma).
Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan, ”Di dalam hadits ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa kebaikan gerak-gerik anggota badan manusia, kemauan dirinya untuk menjauhi perkara-perkara yang diharamkan, kesanggupannya meninggalkan hal-hal yang berbau syubhat (ketidakjelasan) adalah sangat tergantung pada gerak-gerik hatinya. Apabila hatinya bersih, yaitu tatkala di dalamnya tidak ada selain kecintaan kepada Allah dan kecintaan terhadap apa-apa yang dicintai Allah, rasa takut kepada Allah dan khawatir terjerumus dalam hal-hal yang dibenci-Nya, maka niscaya akan menjadi baik pula gerak-gerik seluruh anggota badannya. Dari sanalah tumbuh sikap menjauhi segala macam keharaman dan sikap menjaga diri dari perkara-perkara syubhat untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan…” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, hal. 93).
An-Nawawi mengatakan, “Hadits ini menunjukkan penegasan agar bersungguh-sungguh dalam upaya memperbaiki hati dan menjaganya dari kerusakan.” (Al-Minhaj, 6/108).
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa salah satu pelajaran penting yang bisa dipetik dari hadits di atas adalah, “Poros baik dan rusaknya (amalan) adalah bersumber dari hati. Apabila hatinya baik maka seluruh tubuh juga akan baik. Dan jika ia rusak, maka seluruh anggota tubuh akan ikut rusak. Dari faidah ini muncul perkara yang lain yaitu : sudah semestinya memperhatikan masalah hati lebih daripada perhatian terhadap masalah amal anggota badan. Sebab hati adalah poros amalan. Dan hati itulah yang nanti pada hari kiamat akan menjadi objek utama ujian yang ditujukan kepada manusia. Hal itu sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya), “Apakah mereka tidak mengetahui ketika mayat yang ada di dalam kubur dibangkitkan dan dikeluarkan apa-apa yang tersembunyi di dalam dada.” (QS. Al-’Adiyat : 9-10). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Dia Maha Kuasa untuk mengembalikannya. Pada hari itu akan diuji perkara-perkara yang tersembunyi (di dalam hati).” (QS. Ath-Thariq : 8-9). Maka sucikanlah hatimu dari kesyirikan, kebid’ahan, dengki dan perasaan benci kepada kaum muslimin, serta (bersihkanlah hatimu) dari akhlak-akhlak dan keyakinan lainnya yang bertentangan dengan syari’at, karena yang menjadi pokok segala urusan adalah hati.” (Syarh Arba’in, hal. 113).
Beliau juga mengatakan, “Apabila Allah di dalam kitab-Nya, serta Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam Sunnahnya juga telah menegaskan agar memperbaiki niat, maka wajib bagi setiap manusia untuk memperbaiki niatnya dan memperhatikan adanya keragu-raguan yang tertanam di dalam hatinya untuk kemudian dilenyapkan olehnya menuju keyakinan. Lantas bagaimanakah caranya?”.
Beliau melanjutkan, “Hal itu dapat ditempuh dengan cara memperhatikan ayat-ayat. Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam sungguh-sungguh terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang menggunakan akal pikiran.” (QS. Ali ‘Imran : 190). Allah juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya di langit dan di bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman, begitu juga dalam penciptaan diri kalian dan hewan-hewan melata yang bertebaran adalah tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang yakin.” (QS. Al-Jatsiyah : 4). Maka silakan anda perhatikan ayat-ayat Allah yang lain.”
“Kemudian apabila syaitan membisikkan di dalam hati anda keragu-raguan, perhatikanlah ayat-ayat Allah, perhatikan alam semesta ini siapakah yang telah mengaturnya, perhatikanlah bagaimana keadaan bisa berubah-ubah, bagaimana Allah mempergilirkan perjalanan hari di antara umat manusia sampai anda benar-benar yakin bahwa alam ini memiliki pengatur yang maha bijaksana (yaitu Allah) ‘azza wa jalla…” (Syarh Riyadhush Shalihin, 1/41).